Dampak Fenomena Sosial Media Bagi Seseorang!

  
dampak fenomena sosial media

Jaman sekarang siapa, sih, yang nggak punya sosial media? Bahkan, anak SD dan para lansia aja main sosmed. Walau sekadar untuk meng-upload status atau foto dan bertukar komentar antar sesama teman. Penggunaan sosial media sendiri bisa membawa efek positif atau sebaliknya, negatif, bagi seseorang. Berikut penjelasan mengenai apa saja dampak fenomena sosial media yang dapat terjadi pada penggunanya!

Fenomena Media Sosial

Ada milyaran orang di dunia yang menggunakan sosial media, entah untuk membaca berita terbaru, men-share cerita dan foto hingga berkomunikasi secara langsung serta bertatap muka dengan fasilitas video call. Di negara kita sendiri, lebih dari setengah penduduknya telah memiliki sosmed.

Sosial media dapat dibilang sebuah fenomena yang membawa dampak cukup besar dan bervariatif, tergantung persepsi masing-masing individu. Di satu sisi, sosmed adalah sarana yang menghibur dan bermanfaat karena akses informasi yang ada tidak terbatas. Tapi, di sisi lain, sosmed bisa mengganggu kesehatan kita, baik fisik maupun mental.

Beberapa Dampak Fenomena Media

Setelah mengetahui apa itu fenomena media sosial tentunya akan semakin membantu jika dijabarkan juga dampaknya. Sehingga akan mempu meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan. Simak, yuk, beberapa efek yang ditimbulkan oleh fenomena sosial media di bawah ini!

1. Mengubah Cara Seseorang Dalam Berkomunikasi

Ada beragam cara berkomunikasi yang dapat dilakukan. Salah satunya dengan bertatap muka, di mana kamu bisa mendapatkan respon lawan bicara, baik melalui tutur kata, ekspresi wajah hingga bahasa tubuh secara langsung. Cara lainnya, yaitu via telepon. Proses komunikasi ini hanya dilakukan dengan mendengarkan respon lawan bicara lewat suara secara langsung, tanpa melihat wajah.

Ada lagi cara berkomunikasi yang dilakukan secara non-lisan, yakni melalui tulisan, foto dan sebagainya. Kamu nggak bisa mendengar suara atau melihat lawan bicara secara langsung, begitu pula dengan balasannya. Sehingga, banyak aspek yang tidak terpenuhi dan kemungkinan terjadinya gap komunikasi sangat besar.

Bentuk komunikasi non-lisan ini lah yang terjadi di sosial media. Kalo dulu saat belum ada telepon orang bertukar kabar dengan surat, kini mereka bisa berkirim pesan melalui internet. Ketika Lebaran atau hari besar lainnya, orang-orang udah nggak ngirim kartu ucapan atau parcel, melainkan broadcast message atau tag massal di sosial media.

2. Membuat Urusan Pribadi Menjadi Konsumsi Publik

Jika dulu hal-hal yang sifatnya personal tidak pernah dikomunikasikan secara publik atau hanya menjadi konsumsi orang-orang terdekat, sekarang hampir semua hal dapat kamu bahas di sosial media. Mulai dari pandangan politik sampai curhatan pribadi. Banyaknya jumlah likes dan komentar yang dihasilkan bisa menjadi dasar penilaian jumlah orang yang peduli atau sependapat.

Nggak ada yang salah, kok, dengan curhat di sosmed. Namun, bila motifmu menyudutkan pihak tertentu dan menggunakan bahasa yang konfrontatif, dampaknya bakal sulit dikontrol. Sehingga, resiko bullying online dapat terjadi. Ketika curhat di sosmed, konten yang kamu post bersifat publik serta bisa dilihat oleh semua orang, bahkan yang tidak menjadi follower. Saat akunmu diprivate pun masih ada kemungkinan untuk discreenshot dan disebarluaskan.

3. Menggeser Cara Seseorang Bersosialisasi Dan Memperluas Koneksi

Beberapa tahun yang lalu, untuk memperluas koneksi dan memiliki circle baru, seseorang akan bergabung dengan komunitas atau menghadiri event networking. Setelah itu, mencari tahu lebih jauh dengan mengobrol. Beda dengan sekarang. Kamu hanya perlu mantengin feed di explore, follow dan kepoin sosmednya, chat atau saling bertukar komentar, baru kemudian kopi darat.

Jadi, proses pengenalannya lebih intens di sosial media sebelum bertemu secara langsung daripada saat bertemu seusai berkenalan.

4. Mudah Menilai Seseorang Hanya Dari Sosial Media Mereka

Dampak fenomena sosial media berikutnya, yaitu kamu jadi mudah menilai seseorang hanya dari apa yang mereka posting. Hal itu dikarenakan saat kamu stalking akun sosmed orang yang baru dikenal nggak diimbangi sama komunikasi yang lebih intens, misalnya ketemuan dan ngabisin waktu bareng. Akibatnya, kamu terlalu cepat judgemental dan mengambil keputusan.

Contoh lainnya, ketika kamu memosting sesuatu dan ternyata likes-nya sedikit, langsung ngerasa insecure. Padahal punya teman atau pacar, tapi kok jarang nge-like statusmu. Langsung baper dan ngira mereka nggak peduli. Akhirnya di-unfollow.

5. Menyebabkan Seseorang Mengalami Depresi

Apabila sosial media digunakan secara berlebihan ternyata bisa mempengaruhi kesehatan mental maupun fisikmu, loh! Survei yang dilakukan oleh UK Royal Society for Public Health pada awal tahun 2017 lalu membuktikannya.

Survei tersebut dilakukan pada 1.479 orang yang ada di rentang usia 14-24 tahun untuk mengetahui dampak sosmed terhadap generasi muda dengan menggunakan 14 aspek. Di antaranya, aspek positif, seperti ekspresi diri, community building dan emotional support serta aspek negatif, seperti anxiety, loneliness, depresi dan FOMO alias fear of missing out.

Platform sosial media yang dilibatkan, yakni Facebook, Twitter, Instagram, Snapchat dan YouTube. Hasilnya, Instagram menduduki peringkat pertama sebagai sosial media yang membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan mental, sedangkan YouTube sebaliknya.

Instagram, tuh, image focused banget, sehingga bikin kamu punya ekspektasi yang kurang realistis, merasa terisolasi, nggak pernah cukup dan self-esteem rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh RSPH, generasi muda yang menghabiskan lebih dari dua jam bermain sosmed dan mempunyai multiple akun, cenderung mengalami stress secara psikologi karena perilaku compare and despair atau membanding-bandingkan dan kecewa.

Dampak fenomena sosial media nggak selamanya buruk, kok, terutama untuk kesehatan mentalmu. Asal, kamu memanfaatkannya buat melakukan interaksi yang positif. Sosial media juga bisa menjadi sarana untuk memotivasi seseorang, menyebarkan bantuan dan mencari solusi bagi persoalan hidup. Jadi, lebih bijak lah dalam menggunakannya!